Ilustrasi | NET. |
Sejatinya, Nabi Muhammad Saw diutus Allah SWT dengan membawa ajaran baru berupa; agama tauhid, penyempurnaan akhlak (moral), pembawa risalah kebenaran dan keadilan serta mengembalikan harkat semua manusia sebagai makhluk mulia dan berderajat sama (sejajar).
Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan tatanan kehidupan sosial yang ideal dan bermartabat dengan menghormati dan mengutamakan kerukunan, perdamaianan, toleransi, kasih sayang dan persaudaraan antar umat manusia, apapun latar belakang yang dimilikinya.
Rasulullah Saw juga telah menancapkan fondasi kepemipinan yang sangat kokoh, ideal dan bersifat kontekstual sepanjang masa. Nabi Muhammad adalah sosok pemimpin sejati, baik sebagai pemimpin agama maupun sebagai Kepala Negara. Nabi Muhammad Saw telah mewariskan tauladan kepemimpinan sepanjang masa yang dapat dijadikan inspirasi, motivasi dan rujukan dalam kepemimpinan di era modern saat ini.
Tauladan Kepemimpinan yang diwariskan Rasulullah Saw diantarany; Pertama; Konsisten (istiqamah) Membela yang Benar. Dalam menjalankan kepemimpinannya, Rasulullah Saw adalah figur yang sangat kokoh dan kuat dalam memegang prinsip perjuangan. Setiap menyampaikan berita kebenaran dan kebaikan Rasulullah Saw tidak mudah kendur, lemah dan kompromistis terhadap berbagai godaan dan rintangan yang menghadang.
Ketika para penentangnya yaitu kaum Kafir Quraisy berusaha membujuk Rasulullah Saw agar menghentikan misinya menyebarkan prinsip-prinsip kebaikan, kebenaran dan keadilan dengan barter atau kompensasi diberi kedudukan yang tertinggi, harta yang melimpah dan wanita mempesona, ternyata beliau tidak sedikitpun menyurutkan langkahnya untuk terus menyiarkan berbagai kabar kebenaran dan keadilan secara hakiki.
Rasululluha Saw adalah pemimpin yang tegak dan konsisten membela yang benar apapun konsekuensinya, bukan tife mayoritas pemimpin yang mudah buta mata dan hatinya dengan lebih membela yang mbayar.
Kedua; Konsisten Menegakkan Keadilan. Rasulullah Saw adalah sosok pemimpin yang kukuh, lurus dan tidak diskriminatif dalam menegakkan keadilan. Keadilan hukum dijalankan secara transparan dan tidak mengenal kompromi, apalagi pilih kasih, terutama terhadap orang-orang dekat dan keluarganya. Sebagai wujud ketegasan Rasulullah Saw dalam menegakkan keadilan hukum tercermin dalam pernyataan beliau yang tetap aktual hingga hari ini, yaitu; " Seandainya Fatimah (Putriku) ketahuan terbukti mencuri, maka aku sendirilah yang akan memotong tangannya".
Ketegasan dan keadilan hukum itu menjadi antitesa terhadap model kepemimpinan saat ini yang mudah bersikap tegas dan keras terhadap rakyat kecil dan pihak-pihak yang berada diluar lingkaran kekuasaan, tetapi sangat lunak, kompromistis dan tumpul terhadap orang-orang yang punya banyak uang, kalangan keluarga dan yang berada dilingkaran kekuasaan.
Ketiga, Jujur dan Sederhana; Rasulullah Saw adalah figur pemimpin yang selalu jujur dalam memimpin umatnya, tidak pernah merekayasa kebenaran dan keadilan, selalu menyampaikan yang benar adalah tetap benar dan yang salah adalah pasti salah, apapun resiko yang dihadapinya. Sebagai pemimpin agama dan Kepala negara, Rasulullah Saw dan keluarganya juga hidup sangat sederhana, sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Sebagai pemimpin yang memiliki otoritas sangat luas dan besar, Rasulullah Saw tidak pernah menjadikannya sebagai media atau aji mumpung untuk mengeruk atau menumpuk-numpuk harta benda dan kemegahan duniawai. Hal ini terbukti, ketika Rasulullah Saw wafat maka tidak banyak atau sangat sedikit warta benda yang bisa diwariskan kepada keluarganya.
Rasulullah Saw justru mewariskan kemuliaan akhlak kehidupan, Al Qur'an dan Al Hadits yang terus dibaca dan dipelajari ratusan juta manusia setiap harinya. Inilah warisan terbaik dan termahal yang diberikan pemimpin terbesar sepanjang zaman kepada umatnya.
Keempat, Pemimpin yang Rendah Hati. Walaupun Rasulullah Saw menjadi pemimpin besar dan memiliki otoritas luas, dirinya tidak pernah menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang sombong, arogan, tinggi hati, anti kritik dan selalu ingin menang sendiri. Rasulullah adalah pemimpin yang rendah hati yang tidak pernah menggunakan posisinya untuk menakut-nakuti, menekan dan menindas orang lain agar mengikuti seluruh kehendaknya. Dalam menjalankan amanat kepemimpinan Rasulullah Saw selalu menjalankan musyawarah untuk mencari jalan terbaik serta posisinya yang penting dan sentral justru dijadikan sarana berjuang secara maksimal untuk melindungi dan melayani umat (rakyatnya).
Kelima, tidak serakah (rakus) dan tidak hidup mewah. Rasulullah Saw adalah pemimpin yang sangat berhati-hati dan tidak rakus dalam memanfaatkan anggaran negara. Rasulullah Saw justru memakai banyak harta pribadinya untuk menopang perjuangan sehingga harta lebih banyak yang dikorbankan (disedekahkan) untuk kepentingan umat. Kepemimpinan Rasulullah Saw sangat jauh dari prilaku kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) seperti yang diperankan mayoritas pemimpin saat ini.
Sebagai Raja (pemimpin negara) Rasulullah Saw tidak bertahta di singgasana yang megah dan mewah tetapi lebih "bertahta" dalam jiwa dan hati rakyatnya. Sebagai Kepala Negara, kehidupan Rasulullah sangat jauh dari kemewahan, bahkan pakaiannyapun sering "ditambal" dengan tangannnya sendiri sehingga pribadi dan keluarganya "menyatu" dalam kebersamaan hidup rakyatnya.
Kenyataan seperti itu sangat berbeda dengan mayoritas pemimpin saat ini, dimana kondisi kehidupan pemimpin dan rakyatnya sangat jauh berbeda, bagaikan bumi dan langit dimana kebanyakan rakyatnya hidup miskin dan menderita, tetapi para pemimpinnya hidup sangat mewah, megah dengan bergelimang harta.
Itulah praktik kepemimpinann Rasulullah Saw yang menjadi tauladan kepemimpinan sepanjag masa. Tauladan kepemimpin Rasulullah ini selalu kontekstual, membumi dan ideal untuk diaplikasikan dalam spirit dan watak kepemimpinan saat ini agar dapat selamat dunia akhirat. Para poemimpin harus sadar bahwa kepemimpinan Rasulullah saw adalah potret kepemimpinan ideal dan "menyelamatkan" karena tidak pernah digugat apalagi dituntut mundur oleh rakyatnya sehingga khusnul khatimah serta terbebas dari beratnya hisab (perhitungan) atas amanat kepemimpinan dihadapan pengadilan Allah Swt.
Spirit demikianlah yang lebih penting diaktualisasikan agar peringatan Maulid Nabi Saw tidak sekedar bersifat simbolik dan ritualistik yang dirayakan secara gegap gempita dari Rumah, Mushola,Masjid hingga Istana, tetapi tidak mampu menggali dan menjalankan esensi ajaran kepemimpinan Rasulullah Saw yang luhur dan mulia sepanjang masa.
Itulah teladan kepemimpinan ideal untuk menyelamatkan mayoritas pemimpin saat ini yang biasanya "manis" diawal, tetapi sering pahit, nista dan sengsara di akhirnya, terutama sengsara dalam menghadapi hisab dan pengadilan Allah Azza wa jalla.
Posting Komentar