Foto: copyright Vemale.com |
Perjalanan panjang yang dilalui Bango, untuk tetap hadir menjadi kecap terbaik yang selalu konsisten dan teruji dalam menjaga kualitas rasa. Tidak pula dipungkiri ketika Bango mengalami masa krisis dan beberapa kali mengalami jatuh bangun dalam menjalankan bisnis kecap, tetapi akhirnya Bango dapat bertahan hingga kini dan mampu merambah ke mancanegara. Hal ini merupakan buah dari konsistensi bango dalam mempertahankan kualitas rasa. Sampai pada akhirnya, awal tahun 2001 PT Unilever Indonesia Tbk. meminang Bango menjadi merek kecap andalannya.
Bango, terbuat dari 4 (empat) bahan alami pilihan, yaitu kedelai hitam, gula kelapa, air dan garam, bebas dari tambahan zat-zat kimia seperti bahan pengawet, pewarna, pengental, ramuan ataupun bumbu masak yang mengandung MSG (monosodium glutamate) . Di sinilah letak dari cita rasa yang benar-benar unggu layaknya kecap asli, sehingga Bango aman untuk dikonsumsi.
Sebagai kecap yang telah dikenal masyarakat luas, Bango ingin memelopori gerakan cinta kuliner Nusantara warisan nenek moyang kita dan membantu meningkatkan kesejahteraan petani kedelai hitam melalui misi sosial.
Misi yang diusung oleh Bango adalah dapat melestarikan berbagai makanan tradisional yang ada di Nusantara. Hal ini penting karena makanan adalah salah satu bagian dari budaya kita Untuk mendukung misi tersebut Bango, berupaya menggali, menampilkan dan mempopulerkan berbagai makanan tradisional dari berbagai daerah. Salah satunya, Bango menggandeng media elektronik (TV) sebagai sarana promosi untuk mewujudkan misinya. Melalui acara TV yang bertajuk ” Bango Cita Rasa Nusantara ” (BCRN), para pemirsa diajak untuk mengenal aneka ragam makanan tradisional keberbagai daerah di Tanah Air.
Aktivitas lainnya yang dilakukan Bango untuk mendukung misi di atas adalah lewat Festival Jajanan Bango (FJB), dimana aneka ragam makanan tradisional yang aikonik persembahan dari para penjaja makanan ditampilkan pada acara ini. Acara ini juga dapat menjadi media untuk melestarikan penjaja makanan tradisional warisan leluhur supaya tidak punah.
Misi lain dari Bango adalah memberikan pembinaan terhadap petani kedelai hitam, lewat Yayasan Unilever Peduli yang bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta. Program pembinaan ini dirintis sejak 2001, dimana tahun 2007 melibatkan sekitar 5.000 petani yang tersebar di wilayah Ciwalen (Subang, Jawa Barat), Yogyakarta dan tiga wilayah di Jawa Timur, yaitu Blitar, Nganjuk dan Trenggalek. Dimana para petani tidak hanya mendapat pembinaan, tetapi juga modal kerja, teknik penanaman dan pemeliharaan, serta pasar yang pasti bagi hasil panenan mereka.
Program ini saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, dimana Bango mendapat kedelai hitam yang bermutu tinggi dari petani binaannya sedangkan bagi petani kesejahteraan hidupnya meningkat.
Bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke – 80, Bango kembali menggelar acara tahunan yang bertajuk ” Festival Jajanan Bango ” (FJB). FJB tahun ini merupakan kegiatan keempat kalinya.
Seperti yang ungkapkan Okty Damayanti, Foods Managing Director PT Unilever Indonesia Tbk., ” tahun 2008 adalah saat yang paling istimewa bagi Bango, mengingat bertepatan dengan perayaan ulang tahun Bango ke -80, dimana Bango telah berkiprah di Indonesia sejak 1928 ”. Menurutnya, festival kuliner persembahan Bango yang mengusung tema ” 80 Tahun Bango, Kualitas Sepanjang Masa”, di selenggarakan sebagai usaha Bango mengajak masyarakat luas ikut melestarikan berbagai makanan tradisional Nusantara warisan leluhur kita, yang sekaligus mejadi ajang perayaan ulang tahun Bango ke – 80.
Digelarnya FJB sebagai upaya Bango untuk ikut berperan serta dalam mensukseskan program Visit Indonesia Year 2008 melalui wisata kuliner. Diharapkan dengan menghidupkan kegiatan wisata kuliner melalui ajang FJB, Bango ikut serta memajukan sektor pariwisata di Indonesia.
FJB sebagai sarana untuk menampilkan beribu macam makanan khas Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Makanan khas Indonesia banyak olahannya menggunakan kecap, terutama kecap manis menjadi bagian terpenting dalam kekayaan kuliner Nusantara. Kecap tidak hanya menjadi bahan memasak, tetapi kerap kali kecap dipakai untuk dicurahkan pada makanan ataupun sebagai sambal cocolan.
Surabaya menjadi kota pertama digelarnya ajang FJB 2008, selanjutnya FJB akan digelar di Bandung, acara puncaknya akan digelar di Jakarta selama 2 (dua) hari. ” Melalui Festival Jajanan Bango, kami ingin mengajak masyarakat luas untuk melestarikan aneka masakan tradisional yang sudah dikenal luas dan dinikmati secara turun temurun dimana keberadaannya saat ini kalah populer dengan makanan siap saji dari mancanegara, ” tutur Memoria Dwi Prasita, Manajer Merek Bango.
Menurut Memor sapaan akrab Memoria kegiatan semacam ini, diharapkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap warisan kuliner Nusantara kian tumbuh dan berkembang secara meluas.
Sesuai dengan tema pilihan, FJB kali ini, yang menghadirkan 80 makanan tradisional khas dari kota setempat, dan.ditambah partisipasi dari 8 Duta Bango dari luar kota. Dimana para penjaja makanan akan tampil di FJB tahun ini mewakili kota Surabaya, Jakarta, Bandung, Malang, Yogyakarta, Makassar, Bogor, Solo dan Medan.
Para Duta Bango yang ikut serta dalam FJB 2008 adalah Ketoprak Ciragil mewakili Jakarta, Nasi Bug Trunujoyo mewakili Malang, sajian Gudeg dari RM Adem Ayem mewakili Yogyakarta, Tengkleng Bu Edi mewakili Surakarta (Solo0, Kupat Tahu Gempol mewakili Bandung, Soto Udang racikan RM Rinaldy mewakili Medan, Tutug Oncom olahan Saung kiray mewakili Bogor, Coto Daeng Muchtar khas Makassar, dan Rawon Dengkul Nguling terpilih sebagai Duta Bango yang mewakili Surabaya.
HENS
Posting Komentar