Ilustrasi Foto: THEHEALTHSITE |
Awalnya Anda yang terkena diabetes selalu berusaha menyangkal bahwa diri Anda mengindap kencing manis. Kalaupun menerima sering ditimpali rasa amarah, takut, frustasi, bahkan bisa depresi.
Diabetes adalah penyakit menahun yang ditandai oleh tingginya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal. Jika dibiarkan tak terkendali, diabetes akan menimbulkan penyakit-penyakit yang bisa berakibat fatal seperti jantung, ginjal, kebutaan dan amputasi.
Di Indonesia, penelitian menunjukkan tingkat kekerapan diabetes sekitar 1,2-2,3% dari penduduk berusia di atas 15 tahun. Ironisnya angka tersebut cenderung meningkat terus seiring meningkatnya partumbuhan ekonomi. Sama halnya dengan penelitian di Manado, didapat angka prevelanse sebesar 6,1%. Sementara laporan terakhir dari Internasional Diabetes Federation (IDF/WHO), jumlah pasien diabetes di dunia telah meningkat secara alarming, biaya pengelolaan juga naik tiga kali lipat dan satu dari dua penderitanya masih belum terdiagnosis.
“Diagnosis secara dini adalah satu-satunya cara untuk mengendalikan penyakit kronik yang sangat mahal” demikian komentar Presiden IDF, Wendell Mayers, Jr. Padahal jika terdiagnosis secara dini mungkin hanya perlu mengubah pola makanan saja.
Indonesia memiliki kondisi sosio ekonomi masyarakat yang cenderung terus meningkat serta pelayanan kesehatan yang semakin baik dan merata diperkirakan tingkat penyakit degeneratif termasuk diabetes juga akan meningkat. Artinya diabetes dapat menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi masyarakat yang angka prevalensinya sebesar 1,2-2,3%. Karena itu melihat pola pertambahan penduduk saat ini, tahun 2020 nanti diperkirakan ada 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun. Dan dengan asumsi prevalensinya diabetes seperti di atas akan didapatkan 3,56 juta pasien diabetes. Karena itu tindakan preventif untuk menanggulangi atau meminimalisasi timbulnya ledakan pasien diabetes harus sudah dimulai dari sekarang.
Dengan kata lain strategi pelayanan kesehatan bagi pasien diabetes seyogyanya diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan primer sehingga dokter umum ikut berperan. Misalnya kasus diabetes sederhana tanpa komplikasi dapat dikelola tuntas oleh dokter umum. Apalagi jika kadar glukosa darahnya bisa dikontrol dengan pengelolaan di tingkat kesehatan primer. Oleh karena itu skrining perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk diabetes yaitu kelompok dewasa-tua ( > 40 tahun), kegemukan, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga, riwayat kehamilan, dan berat badan lahir bayi > 4000 gram.
Check up glukosa darah Anda.
Kehidupan sel memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran zat gizi dari makanan sehari-hari. Zat dibakar adalah hidrat arang dalam bentuk gula glukosa. Jika proses pembakarannya sedikit, kelebihan gula akan disimpan sebagai cadangan energi dalam tubuh. Energi digunakan untuk pekerjaan sehari-hari baik yang disadari seperti berjalan, bekerja, berpikir dan sebagainya atau yang tidak disadari seperti: denyut jantung, pernapasan, gerak usus, dan lain-lain. Tegasnya glukosa sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh. Tapi tetap saja, kadarnya dalam darah harus tetap stabil. Jika meningkat atau menurun, masalah pun muncul.
Kadar gula yang meningkat akibat gangguan metabolisme hidrat arang memunculkan diabetes. Pasien yang kadar gulanya meningkat dapat dinetralisir melalui pengaturan diet. Sebaliknya pasien yang potensial akan menderita komplikasi akibat diabetes atau kadar glukosanya sulit dikendalikan perlu dikonsultasikan secara periodik kepada ahlinya. Sedangkan pasien yang disertai komplikasi apalagi potensinya cukup fatal, perlu dan harus ditangani oleh instansi dan peralatan yang lebih lengkap seperti Pusat Diabetes Melitus di Fakultas Kedokteran atau rumah-rumah sakit utama. Sebab tempat-tempat tersebut memiliki standar pelayanan minimal di samping perlunya peran serta pasien sebagai subyek yang dikelola.
Adapun tujuan mengobati diabetes untuk jangka panjang adalah menghilangkan keluhan/ gejala diabetes dengan mempertahankan rasa nyaman dan sehat sekaligus mencegah munculnya penyakit (macroangiopati, mikroangiopati maupun neuropati). Tujuan akhirnya adalah menurunkan angka penderita diabetes dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid dan insulin. Kegiatannya meliputi pengelolaan pasien secara holistik serta mengajarkan perawatan mandiri.
Meningkatkan Kualitas Hidup dengan Berolahraga.
Salah satu pilar pengendalian penyakit diabetes adalah berolahraga, di samping perencanaan makan, pemberian obat-obatan dan proses pembelajaran. Beberapa penelitian sudah membuktika bahwa olahraga yang teratur dan benar dapat menurunkan kadar gula darah, mengurangi kebutuhan akan minum obat serta menurunkan berat badan. Berawal dari hal itulah, rumah-rumah sakit tertentu memiliki program olahraga berupa konsultasi program olah raga yang didampingi oleh Dokter Ahli.
Dilanjutkan dengan pemeriksaan penyaring/ skrining laboratorium terhadap hematology rutin, fungsi-fungsi hati ginjal-lemak, dan gula darah. Program itu dievaluasi tiap tiga dan enam bulan. “Manfaat olah raga secara teratur dapat memperbaiki tonus dan kekuatan otot-otot selain dapat meningkatkan pelepasan endomorphin yang menimbulkan rasa nyaman, memeprbaiki rasa percaya diri, dapat mengurangi ketegangan otot, membuat tidur lebih nyenyak dan mengurangi stress” Leo Suriadinata, dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Pondok Indah.
Sama halnya dengan pernyataan Hj Retno, seorang profesional pengidap diabetes yang telah lima tahun menjalani program olahraga. Kesinambungan antara pengaturan makan, olahraga dan obat-obatan akan menjadi pasien panjang umur, sehat dan dapat beraktifitas untuk bisa menikmati hidup.
Tak heran jika sejak 600 Sebelum Masehi, Sushruta, seorang dokter India menyatakan bahwa olahraga sebagai bagian penting dalam pengobatan diabetes. Di era modern, pengobatan diabetes dimulai sejak ditemukannya insulin tahun 1921. Obat-obatan penurunan gula darah digunakan jika memang diperlukan. Semoga.
KUS & SUS
Posting Komentar