![]() |
Ibu Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rayid tampak sedang berdoa khusyuk ditengah para jamaahnya. foto: DKM MKE |
Sahabat sekalian, nama masjid “Dian AL – Mahri” diambil dari nama “DIAN” yang merupakan nama dari sang pendiri masjid tersebut yakni Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid. Tentu banyak orang terkagum akan keiklasaan Hajah Dian, panggilan akrab Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid membelanjakan hartanya di Jalan Allah dengan membangun masjid yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia itu.
Bermodal keiklasan, Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid, menafkahkan hartanya untuk membangun masjid termegah di Asia Tenggara, Masjid Kubah Mas. Tekadnya semata hanya mengharapkan Ridho Allah dan menegakkan syiar Islam. Baginya, harta adalah titipan yang kelak akan di pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT, dari mana harta itu diperoleh dan dibelanjakan kemana harta tersebut. Sikap hidup yang perlu ditauladani oleh kita semua.
Siapapun tentu pernah mendengar nama Masjid Kubah Emas. Bahkan tidak sedikit pula, yang pernah bertandang ke masjid yang berada di Jalan Raya Maruyung, Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok itu. Maklum, masjid yang memiliki nama asli “Masjid Dian Al – Mahri” itu merupakan sebuah masjid yang termegah di Asia Tenggara. Tak heran bila setiap harinya masjid yang memiliki 5 kubah itu dikunjungi para jamaah dari berbagai daerah. Bahkan masjid yang memiliki kubah berlapiskan emas itu kerap dijadikan tempat wisata religius.
Selain itu Hajah Dian juga memahami benar bahwa disetiap harta seorang muslim, ada hak orang miskin yang harus ditunaikan dalam bentuk zakat. Tentu tidaklah mudah bagi kebanyakan orang untuk membelanjakan harta yang dimilikinya di jalan Allah. Buktinya, tidak sedikit orang yang memiliki harta yang berlimpah di negeri ini. Bahkan mereka masuk sebagai deretan orang terkaya di dunia. Namun sayangnya, hanya sedikit orang yang mau menyumbangkan hartanya di Jalan Allah SWT.
Karena itu Ibu Hajjah Dian mengaku bersyukur ia diberikan karunia dari Allah SWT dengan keiklasannya untuk membelanjakan kekayaannya di jalan Allah SWT. Bagi beliau, tanpa hidayah dari Allah SWT, ia mengaku tak mampu untuk membangun masjid semegah kubah mas tersebut. “Apapun yang kita lakukan tidak akan terjadi kecuali atas kehendak Allah SWT. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke rongga mulut kita kecuali atas izin-Nya,” begitu Hajjah Dian mengagungkan kebesaran Allah SWT.
Tentu tak gampang bagi seseorang untuk memilik keyakinan seperti yang dimiliki Hajjah Dian tersebut. Keinginan untuk menegakkan syiar Islam begitu kuat dalam dirinya. Bahkan jauh sebelum ia mendirikan masjid Kubah mas, Beliau sudah dikenal sebagai penggiat berbagai kegiatan Islam dilingkungan tempat tinggalnya, di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta selatan. Wanita kelahiran 14 desember 1949 itu memulai dakwahnya dengan mendirikan masjelis taklim dirumahnya.
Saat itu masjelis taklim yang didirikan tahun 1995 itu beranggota sekitar 25 orang. Majelis taklim yang dibangunnya itu menjadi embrio dakwahnya dikemudian hari. Meski begitu ia selalu bersikap rendah hati kepada semua orang. Ia selalu berujar kalau dirinya bukanlah seorang ustazah. Ia hanya seorang hamba Allah SWT yang berusaha mendorong syiar Islam. “Apa yang kami lakukan itulah yang kamu petik dikemudian hari,” ujarnya.
Karena itu keinginan untuk selalu menafkahakan hartanya di jalan Allah SWT sudah menjadi prinsip hidup yang dijalaninya. Sebuah prinsip hidup yang jarang dimiliki kebanyakan orang. Karena itu ia selalu tak segan-segan untuk menafkahkahkan hartanya untuk tegaknya syiar Islam. Ia juga tak pernah memperhitungkan berapapun besarnya harta yang ia belanjakan di jalan Allah SWT tersebut. Termasuk juga berapapun dana yang dikeluarkan untuk membangun kawasan masjid Kubah Emas.
Berkat keiklasannya itulah, Allah SWT menepati janjinya. Sekalipun telah begitu banyak dana yang telah di kelurkan untuk membangun Masjid Kubah Mas, nyatanya Hajjah Dian tak pernah merasa kekurangan. Bahkan hartanya juga tak berkurang sedikitpun. Sebaliknya terus bertambah.
Sejatinya berniaga dengan Allah SWT merupakan perniagaan yang selalu menguntungkan. Simak surat Al Baqarah ayat 261. Disana disebutkan, “Perumpamaan orang yang meninfakkan hartanya dijalan Allah tak ubahnya sebutir biji yang tumbuh menjadi tujuh tangkai. Pada masing-masing tangkai terdapat 100 butir biji. Allah melipatgadakan (ganjaran) bagi siapapun yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui,”
Itulah secuil tentang Salah Satu Penegak Syiar Islam Indonesia dari Kubah Emas, Ibu Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid. Semoga beliau beserta suami H. Maimun Al Rasyid (keluarga besar) senantiasa diberikan kesehatan, dan menjadi hambanya Allah yang bertaqwa. Amin
Untuk lebih jelas dan lengkapnya silahkan sahabat bisa didapatkan majalahnya di kawasan Masjid Kubah Emas Dian A-Mahri.
Posting Komentar